Jakarta, 01/11/2024 – Di tengah meningkatnya kebutuhan akan sistem logistik yang lebih efisien dan terpadu di Indonesia, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) menghadirkan webinar bertajuk “Transformasi dan Integrasi Sistem Logistik Indonesia” pada Jumat (01/11/2024 Webinar ini menghadirkan narasumber dari kalangan regulator dan praktisi yang memiliki peran penting dalam sektor logistik nasional. Acara ini dipandu oleh Citra Wulan Ratri, Kepala Subbidang Pengembangan Penilai, Aktuaris dan Profesi Keuangan Lainnya, PPPK.
Pada awal webinar, Atong Soekirman, Asisten Deputi Pengembangan Logistik Nasional, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, Kemenko Bidang Perekonomian, dalam paparannya yang berjudul “Peraturan atau Kebijakan Logistik di Indonesia”, menyoroti beberapa tantangan logistik nasional. Diantaranya adalah tingginya biaya, ketersediaan dan harga barang pokok antarwilayah, defisit transaksi berjalan sektor transportasi, konektivitas antarwilayah, rendahnya daya saing, serta mitigasi geopolitik nasional. Atong juga menjelaskan kebijakan logistik baru untuk memitigasi tantangan tersebut, yaitu penguatan ekosistem logistik nasional, penguatan infrastruktur dan konektivitas, peningkatan daya saing SDM dan pelaku logistik, transformasi digital layanan logistik, dan perencanaan serta pengukuran kinerja logistik.
Selanjutnya, Trismawan Sanjaya, Wakil Ketua Umum Bidang Rantai Pasok dan Digitalisasi, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menjelaskan bahwa ALFI mencatat tantangan utama dalam meningkatkan daya saing logistik nasional, yaitu masalah integrasi infrastruktur, regulasi, dan sumber daya manusia. Data dari World Bank menunjukkan penurunan signifikan dalam peringkat Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023, dengan skor terendah pada kompetensi logistik, tracking and tracing, serta ketepatan waktu. ALFI mengusulkan beberapa langkah perbaikan seperti integrasi sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan kebijakan yang mendukung pelaku usaha nasional. Penerapan National Logistics Ecosystem (NLE) diharapkan akan membantu mengatasi kendala ini dan mendukung pertumbuhan logistik Indonesia di pasar global.
Martha Octavia, Chief Change Management, Tim Teknis Pengembangan National Logistics Ecosystem, Direktorat Jenderal Bea Cukai mengungkapkan bahwa fasilitas kepabeanan melalui Pusat Logistik Berikat (PLB) berhasil memberikan efisiensi biaya dan waktu bagi pelaku usaha. Survei menunjukkan bahwa 75,68% perusahaan menyatakan bahwa impor melalui PLB lebih murah dan 81,58% perusahaan menyatakan prosesnya lebih cepat dibandingkan impor reguler. Keberadaan PLB juga mendorong peningkatan investasi, pemanfaatan gudang, serta membuka peluang Indonesia sebagai hub logistik di Asia Tenggara. Fasilitas ini membantu memastikan ketersediaan bahan baku industri sekaligus mendukung percepatan ekonomi nasional dengan manfaat berupa efisiensi dalam proses kepabeanan dan penurunan biaya logistik.
Narasumber terakhir, Ircham Habib, Direktur Pengelolaan Layanan, Data, dan Kemitraan, Lembaga National Single Window (LNSW), Kementerian Keuangan, menjelaskan bahwa Indonesia sedang mempercepat digitalisasi logistik nasional melalui penerapan Indonesia National Single Window (INSW), sebuah sistem terintegrasi yang memungkinkan penyampaian data, pemrosesan informasi, dan pengambilan keputusan secara tunggal untuk kepabeanan dan pengeluaran barang. Beliau juga membahas tantangan geografis, disparitas ekonomi, dan infrastruktur dalam penataan logistik. INSW diharapkan menjadi tulang punggung NLE, yang menyederhanakan proses impor-ekspor dan mengurangi repetisi data antar instansi. Implementasi kolaborasi digital ini terbukti efisien, dengan penghematan waktu hingga 73,4% dan biaya 46,1% di 46 pelabuhan berdasarkan survei Prospera 2023.Acara sosialisasi ditutup dengan apresiasi dari moderator kepada seluruh narasumber dan peserta. Dengan adanya webinar ini, diharapkan agar upaya kolaboratif melalui sinergi berbagai pihak dapat memperkuat ekosistem logistik nasional, mulai dari regulator hingga praktisi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Penulis: Abdul Basit | Penyunting: Efika Saragih